sponsor 2a

Your Ad Here

Jumat, 27 Agustus 2010

Contoh Case Study Matematika: MENGAPA MEREKA TIDAK MENGERJAKAN PR ?

Pada hari rabu pukul 06.00 saya berangkat ke sekolah dibekali dengan doa “ Ya Allah berikanlah kekuatan, mudahkanlah segala urusan, dan fasihkanlah lidahku agar anak didik dapat mengerti semua perkataanku dan jadikanlah mereka senang dan semangat dalam belajar matematika”. Pukul 06.55 saya sudah sampai disekolah. Saya melihat jadwal pelajaran yang ada di papan pengumuman. Ternyata saya mengajar jam ke 3-4 di kelas VIIIa. Sambil menunggu waktu mengajar tiba, saya mempersiapkan alat dan bahan ajar yang akan saya sampaikan kepada siswa-siswaku, antara lain: kertas berwarna, kertas krayon, spidol, lem, gunting, lakban, dan penggaris panjang.
     Tepat pukul 08.35 bel pergantian jam pelajaran berbunyi. Saya mulai masuk kelas. Sekilas kupandang seluruh ruang kelas masih ada kursi-kursi yang kosong. Anak-anak masih agak ramai, ada yang masih ke kantin, ada yang ke toilet dan masih ada yang keluyuran tanpa jelas tujuannya karena habis pergantian jam. Dalam satu kelas ada 31 anak. Saya memberi salam kepada anak-anak: ”Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.” Serentak mereka menjawab salam saya. Kemudian saya bertanya “ Apa kabar anak-anak ?. Mereka serentak menjawab “Alhamdulillah Luar Biasa . . . !”
     Setelah saya mengecek kehadiran mereka, saya mulai pelajaran dengan menanyakan “Apakah ada pekerjaan rumah”? “Ada pak . . . !”. kompak mereka menjawab “Apakah sudah dikerjakan”? tanya saya lagi. Ternyata banyak jawaban siswa. Ada yang jawab “sudah pak . . . !” sebagian lagi mengatakan “sementara dikerjakan pak . . . !” dan lebih banyak siswa yang berteriak “belum pak . . . !” “Ah, ternyata masih banyak siswa yang tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah” Guman saya dalam hati”.
     “Apakah PR nya sulit” lanjut saya bertanya.
     “Mudah . . .! ” dengan suara bulat mereka bersuara.
     “Mengapa tidak dikerjakan” selidik saya.
     “Lupa pak . . .!” coloteh beberapa siswa, dan alasan-alasan lain yang membuat saya hanya bisa tersenyum.
     “Rispandi . . . .! Bagaimana PRmu” ? Tanya saya kepada salah seorang siswa yang dikenal agak bandel. Yang ditanya hanya senyum-senyum dan mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
     “Baiklah . . . . ! untuk yang sudah selesai, tolong diantar untuk bapak periksa, dan bagi yang belum selesai, bapak berikan waktu lima menit untuk menyelesaikan PRnya”. tegas saya memberikan komitmen.
     Setelah semua siswa mengantarkan PRnya dan saya memberi paraf pada buku tugas mereka, selanjutnya saya masuk pada pelajaran berikutnya. Untuk pembukaan, siswa saya minta untuk menghangatkan suasana dengan menyanyikan lagu “Disinilah Disini”. Kemudian masuk pada materi, yaitu tentang Operasi Pecahan Bentuk Aljabar. Saya menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu: “Setelah selesai pembelajaran nanti diharapkan kalian dapat melakukan operasi tambah, kurang, kali, dan bagi pecahan bentuk aljabar”. Dan memotivasi mereka dengan mengatakan bahwa “Apabila materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu anda dalam menyelesaikan masalah sehari-hari”.
     Dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 7-8 orang, kegiatan inti dimulai. Dilanjutkan dengan memberi materi dan soal yang akan dibahas oleh tiap kelompok. Kelompok I membahas tentang penjumlahan pecahan bentuk aljabar, kelompok II mengkaji tentang pengurangan pecahan bentuk aljabar, kelompok III mengulas tentang perkalian pecahan bentuk aljabar, dan kelompok IV memecahkan masalah tentang perkalian bentuk aljabar. Saya memberikan instruksi “setiap orang harus memahami benar ruang lingkup materi yang dibahas oleh setiap kelompok, karena sebentar kalian akan menjelaskan apa yang kalian kaji, kepada kelompok lain”.
     Dengan antusias siswa mulai membahas materi yang menjadi tanggung jawab mereka. Setiap kelompok saya datangi, ditanyakan tentang masalah, hambatan dan kendala yang mereka hadapi. Saya memberikan arahan-arahan sehingga mereka bisa menemukan sendiri jawaban terhadap permasalahan yang mereka hadapi. Beberapa menit kemudian, saya mulai mengarahkan mereka untuk bertamu, karena model yang digunakan adalah Sistem Tamu, tiga orang dari tiap kelompok bertamu ke kelompok lain. Setiap tamu diberikan sebuah “Kertas Catatan”. Kertas catatan ini adalah kertas berwarna yang akan digunakan untuk mencatat apa saja yang sudah dibahas dan disajikan oleh “Tuan Rumah”. Setelah hadir semua tamu, tuan rumah dipersilahkan untuk menyampaikan hal-hal yang sudah dibahas, tamu diminta untuk mendengarkan dengan seksama, mencatat pada kertas catatan dan memberikan pertanyaan untuk hal-hal yang tidak dimengerti, penjelasan tuan rumah selesai setelah semua tamu memahami apa yang dibahas oleh tuan rumah tersebut.
     Yang bertamu diminta untuk kembali ke kelompok semula, dan secara bergiliran menjelaskan kepada teman sekelompoknya apa saja yang didapat dari bertamu. Saya menegaskan bahwa “Semua harus memiliki catatan, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pecahan aljabar”. Beberapa menit kemudian saya mulai memeriksa catatan dan memberikan paraf pada catatan siswa yang sudah lengkap. Dengan memeriksa catatan saya meyakini bahwa apa yang tertuang dalam kertas catatan adalah benar adanya. Siswa diminta untuk menempelkan kertas catatan tadi pada kertas krayon dalam bentuk “Diagram Frayer”. Dan diagram frayer tersebut dipajang di dinding sebagai hasil karya siswa yang berguna sebagai bahan bacaan, dan menjadi catatan bagi siswa-siswa yang tidak sempat mengikuti pembelajaran tersebut.
     Siswa diminta untuk menghangatkan suasana dengan menyanyikan lagu “Operasi Bentuk Aljabar”. Dengan suasana yang kembali ceria, siswa saya minta untuk membuat rangkuman dan melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dipelajari. Sebelum menutup pembelajaran siswa saya berikan Pekerjaan Rumah sebanyak empat nomor. Saya melihat beberapa siswa agak bermuka masam dan bermuka sinis, mungkin dalam hati mereka bergumam “PR Lagi . . . PR Lagi . . .”. Melihat ekspresi wajah seperti itu, saya menghibur mereka dengan mengatakan bahwa “PR itu diberikan, agar kalian banyak berlatih dalam membahas soal-soal, semakin banyak berlatih maka akan semakin mahir kita dalam menyelesaikan setiap persoalan, anda disini datang untuk belajar, maka kerjakanlah PR dengan benar karena itu bagian dari pembelajaran”
     Dengan mengucapkan salam saya menutup pembelajaran. Dengan langkah pasti saya menuju keruangan saya dan dalam setiap langkah saya merasa puas bisa melaksanakan pembelajaran sesuai scenario, namun diselimuti rasa khawatir “Apakah PR yang saya berikan menjadi beban bagi anak-anakku tersayang . . . ?”. Namun disisi lain saya juga berharap agar tugas seperti itu tidak menjadi beban, dan anak-anak mau dan mampu menyelesaikan PR yang saya berikan.

Pertanyaan untuk case study.
1. Pengalaman apa yang dapat anda petik dari case study?
2. Fakta-fakta apa yang terdapat dalam case study?
3. Apa sajakah kegagalan guru dalam case study?
4. Apa sajakah keberhasilan guru dalam case study?
5. Apa yang akan anda lakukan seandainya anda penulis case study tersebut?

     Cerita di atas adalah salah satu contoh dari case study. Dengan contoh tersebut kami berharap anda sudah bisa menuliskan case study berdasarkan pengalaman anda. Saya percaya bahwa anda pasti memiliki cerita yang lebih heboh lagi . . . 


5 KUNCI SUKSES FOR TEACHER UNTUK MEMAHAMI CASE STUDY

APA ITU CASE STUDY? Ini mungkin pertanyaan pertama yang akan muncul dibenak anda. Untuk dapat memahami dengan baik apa dan bagaimana itu case study, silahkan cermati dengan baik 5 kunci sukses for teacher untuk memahami case study. Adapun 5 kunci sukses tersebut adalah sebagai berikut:
     1. Memahami Hakikat Case Study
     2. Memahami 4 (Empat) manfaat Case Study
     3. Memahami 3(Tiga) Cara Mengembangkan Case Study
     4. Memahami Sifat Narasi Pengalaman Mengajar
     5. Memahami 7 (Tujuh ) Petunjuk Untuk Penulisan Case Study

Untuk lebih jelasnya marilah kita simak catatan berikut ini.

1. HAKIKAT CASE STUDY
    • Case Study atau studi kasus adalah rangkuman   pengalaman pembelajaran (pengalaman mengajar) yang ditulis oleh seorang guru/dosen dalam praktik pembelajaran mereka di kelas. Pengalaman tersebut memberikan contoh nyata tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh guru pada saat mereka melaksanakan pembelajaran.
    • Melalui pengkajian Case Study dalam pembelajaran dengan segala komponennya, para guru dapat melakukan evaluasi diri (self evaluation), dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas.
    • Case Study ditulis dalam bentuk narasi dan berisi pengalaman pembelajaran yang paling berkesan yang Anda ingat karena kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh problematika.

2. 4 (Empat) MANFAAT CASE STUDY
    1) Sebagai evaluasi diri (self evaluation) bagi guru untuk dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik pembelajaran mereka di kelas.
    2) Sebagai pembuka wawasan mahasiswa calon guru terhadap pembelajaran dan penanaman konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu berlangsung.
    3) Guru dan mahasiswa calon guru dapat belajar dari kegagalan orang lain (guru penulis Case Study).
    4) Menemukan kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman penulis Case Study.

3. 3 (TIGA) CARA MENGEMBANGKAN CASE STUDY
    1) Seorang guru menceritakan/menulis pengalaman yang sukses atau suatu permasalahan menarik yang muncul saat pembelajaran dengan pokok bahasan atau topik tertentu. Pengalaman yang diceritakan /dituliskan itu menggambarkan pemikiran guru tersebut tentang mengapa permasalahan atau pengalaman tersebut menarik.
    2) Harus ditulis sesegera mungkin supaya tidak terlupakan.
    3) Sebagai masukan dalam penulisan, penulis narasi dapat mempedomani komentar-komentar guru lain (guru mitra) yang ikut mengamati proses pembelajaran.

4. SIFAT NARASI PENGALAMAN MENGAJAR
    Narasi Case Study adalah episode yang diingat, ditulis sebagai sebuah cerita, sebuah naratif. Hal ini harus sangat khusus, sangat bersifat lokal. Harus menyertakan unsur manusia: minat guru, aksi dan kesalahan, frustrasi, dan kesenangan, atau kekecewaan, yang dirasakan pada akhir sesi. William Louden, ”Case Studies in Teacher Education” (1995)

5. 7(TUJUH) PETUNJUK UNTUK PENULISAN CASE STUDY
    1. Case Study harus mendeskripsikan kejadian yang real. Case Study bukan dongeng yang memperagakan perilaku atau hasil yang ideal. Penulis perlu jujur.
    2. Ditulis dengan gaya informal dan alami sehingga mudah menarik rasa empati dari para pendengar untuk si penulis.
    3. Narasi kegiatan pembelajaran perlu dibuat/ditulis lengkap sehingga pengalaman bisa dibayangkan oleh pembaca.
    4. Sangat faktual dan kontekstual: nama siswa ada; kata riil dari siswa kalau diingat.
    5. Perlu ada problematika yang didalamnya dibentangkan hal yang dirasakan oleh guru pengajar dan yang membuka interpretasi yang bervariasi pada saat diskusi tentang masalah inti, sehingga semua peserta tertarik untuk mengikutinya.
    6. Perlu mencari tahu tentang masalah yang ada didalamnya dan mempertanyakan tentang solusi.
    7. Pendek — dua halaman cukup.

    Dengan 5 KUNCI SUKSES FOR TEACHER UNTUK MEMAHAMI CASE STUDY tersebut kami berharap anda sudah bisa membuat sebuah case study berdasarkan pengalaman anda. Namun seandainya anda masih mengalami kesulitan untuk MENULISKANNYA, silahkan lihat BEBERAPA CONTOH CASE STUDY di bawah ini yang mungkin bisa mengilhami anda untuk menuliskan pengalaman anda tersebut.
Apakah ada hal lain yang belum anda pahami?

Artikel lainnya.

Selasa, 24 Agustus 2010

9 (SEMBILAN) KUNCI SUKSES FOR TEACHER MEMBUAT CLASSROOM ACTION RESEARCH

Apakah anda seorang mahasiswa yang kebingungan untuk membuat skripsi yang berbasis Penelitian Tindakan Kelas? Atau anda seorang teacher yang ingin membuat Karya Tulis Ilmiah khususnya tentang Classroom Action Research? Ataukah hanya pemerhati pendidikan yang menginginkan kemajuan pendidikan di negeri ini?
      Siapapun anda, Anda layak untuk membaca tulisan ini. Bacalah seterusnya, barangkali tulisan ini bisa memberi anda inspirasi dan menguatkan tangan anda bergerak untuk membuat tulisan yang berhubungan dengan Classroom Action Research.
      Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah salah satu bagian dari Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang sangat mudah dilakukan baik dalam pengembangan profesi guru maupun untuk tugas akhir yang berupa skripsi bagi mahasiswa. Namun sayangnya masih banyak mahasiswa maupun guru yang kesulitan untuk membuat KTI yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas ini.
     Sebenarnya ada langkah-langkah jitu yang yang biasa dilakukan oleh para Teacher Professional untuk bisa menyusun sebuah proposal PTK bahkan sampai menjadikan proposal PTK tersebut menjadi suatu laporan Penelitian Tindakan Kelas. Guru-guru yang sangat professional dalam menghasilkan sebuah PTK memulai langkah penelitian dari hal yang paling sederhana. Hal ynag sangat sederhana tersebut adalah menerapkan 9 (sembilan) KUNCI SUKSES FOR TEACHER dalam membuat suatu penelitian.
     Adapun 9 (sembilan) KUNCI SUKSES FOR TEACHER dalam membuat suatu Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut: 
     1. Membuat Case Study
     2. Membuat Kajian Kritis
     3. Mengidentifikasi Masalah
     4. Menyusun Proposal 
     5. Merencanakan Tindakan
     6. Melaksanakan Tindakan dan Mengumpulkan  Data
     7. Menganalisis dan Menginterpretasi Data
     8. Merefleksi dan Menindaklanjuti
     9. Menyusun Laporan
     Dari sembilan langkah di atas, langkah PERTAMA yang harus dilakukan adalah Membuat Case Study. Mengapa harus MEMBUAT CASE STUDY? Jawaban singkatnya adalah karena dari CASE STUDY kita bisa mendapatkan banyak masalah atau problema yang terjadi di kelas kita yang pada gilirannya akan menuntut kita untuk segera menyelesaikan masalah tersebut. 

Apakah anda memiliki pemikiran yang lain?

Artikel Lainnya.